Nenek 50 Tahun Ikut Demo di Depan Istana


Awaludin

JAKARTA - Seorang nenek berusia 50 tahun ikut meramaikan aksi unjuk rasa hari ini. Dia rela datang dari Dusun Nambo, Kelurahan Bantar Jati, Kecamatan Kelapa Nunggal, Kabupaten Bogor, menuju Istana Merdeka, Jakarta. Dia hendak menuntut ganti rugi atas pembangunan menara Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) di desanya.

Walau letih, Supartini tetap gigih mengikuti longmarch dari kampus Universitas Bung Karno (UBK) hingga Istana demi tuntutan meminta ganti rugi.

"Capek sih, soalnya saya tidak pernah jalan jauh kayak gini. Waktu dulu pernah ikut aksi kayak gini di kabupaten, tapi itu juga naik motor." ujarnya, Jumat (28/10/2011).

Dia mengaku memang sudah berniat melakukan aksi hari ini. Dari rumah dia sudah mempersiapkan diri dengan mengisi perutnya dengan sarapan. Saat beranjak ke Jakarta dia hanya membawa sedikit rupiah dan dua buah gorengan, risol dan bakwan buatan anaknya.

"Saya enggak bawa banyak uang, yang penting bisa naik angkot dari kabupaten ke rumah sama beli minum," katanya. Dia pun tak mendapatkan makan siang dari siapa pun dalam melaksanakan aksi ini. Enggak ada yang ngasih makan mas," katanya.

Dia juga datang sendiri, tanpa anak dan suaminya. Pasalnya anak dan suaminya sedang bekerja. Dia datang bersama para tetangga sembari berharap ganti rugi yang belum tuntas sejak tahun1995 bisa tuntas hari ini.

"Saya sama teman-teman dari dulu terus menuntut ganti rugi sampai sekarang, soalnya belum selesai," katanya.

Beberapa kali dia menuntut haknya, namun tak pernah ada titik temu. Dulu, sempat ada negosiasi dari pemerintah pusat pada era Megawati Soekarnoputri. Namun, negosiasi ini dinilai tidak sesuai dengan ganti rugi yang harusnya mereka terima.

"Dulu tanah kita mau diganti 25.000 per meter. Kalau ditotal seharusnya rumah saya dapat Rp7,5 Juta, tapi malah cuma Rp2 juta. Ya nggak kita ambil," jelasnya.

Supartini menceritakan, dia sering sakit-sakitan setelah di dekat rumahnya dibangun SUTET, baik masalah pernapasan atau pencernaan. "Pas ada SUTET, keluarga banyak ngeluh batuk-batuk dan diare," katanya.

Aksi di depan Istana hari ini sempat diwarnai beberapa kali kericuhan. Supartini yang menyaksikan hal tersebut mengaku ketakutan. "Saya takut juga, saya enggak tahu kalau bakalan ada ribut-ributan. Kalau tahu begitu saya milih enggak ikut," katanya.

Kini, aksi Supartini dan teman sepenanggungannya usai. Mereka memilih pulang ke posko mereka pertama kali datang ke Jakarta, di Kampus Universitas Bung Karno, Jakarta. Dia sendiri masih belum tahu apakah hari ini akan pulang akan menginap.

"Katanya nanti kita akan balik lagi ke posko LBH dekat kampus UBK. Dari situ nggak tahu nginep apa pulang lagi ke Bogor," tuturnya.

0 comments:

Posting Komentar