Pendidikan Mental Terlalu Singkat, Hasilkan "Polisi Monster"


Ilustrasi (Foto: Dok Okezone)

JAKARTA - Seorang guru ngaji di Sidoarjo, Riyadhus Sholikin, tewas ditembak mati polisi. Kebrutalan aparat ini diduga akibatnya singkatnya pendidikan mental yang dienyam para penegak hukum.

Koordinator Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane berpendapat, untuk menghasilkan polisi yang berkualitas diperlukan pendidikan mental yang cukup.

“Polisi kita dididik sangat singkat, hanya tiga bulan. Itu yang melatarbelakangi mereka tidak profesional. Minimal setahun lah, kursus menjahit saja enam bulan. Ini yang menyebabkan polisi kita menjadi monster,” kata Neta, Selasa (1/11/2011) malam.

Karena itu, Neta menyarankan agar polisi memperbaiki mekanisme pendidikan bagi polisi muda ini untuk dididik lebih lama. “Kalau pendidikan dasarnya buruk, saat mereka jadi perwira juga dipastikan mentalnya juga acak adut,” ujarnya.

Mengenai singkatnya masa pendidikan ini, polisi selalu beralasan minimnya anggaran. Jika demikian, kata dia, polisi bisa menyiasatinya dengan tidak terlalu sering melakukan perekrutan.

“Kalau begitu enggak perlu setiap tahun merekrut polisi, cukup tiga tahun sekali misalnya, asal pendidikan mentalnya benar,” ungkapnya. Polisi, dalam hal ini tidak perlu mengejar rasio, satu personel polisi berbanding 500 orang penduduk.

Yang terpenting, kata Neta, dihasilkan polisi yang berkualitas sebagai pengayom dan pelindung masyarakat bukan musuh bahkan pembunuh masyarakat.

0 comments:

Posting Komentar